Pemain ke-12 Indonesia, Para
Raja yang Masih Merana
Kris Fathoni W : Sepakbola
detikcom - Jakarta, Sejumlah
masalah hadir terkait tiket di
Piala AFF 2010. Jelang
penukaran tiket untuk final leg
II di Jakarta, panitia lokal harus
bisa mengelolanya dengan
lebih rapi.
Manajemen tiket oleh panitia
lokal di Jakarta menjadi salah
satu noda di Piala AFF 2010.
Bagaimana tidak jika para calon
pembeli tiket mesti banting
tulang dan peras keringat
habis-habisan hanya untuk bisa
mendapatkan tiket yang
mereka inginkan.
Hal itu jelas ironis mengingat
sebuah ungkapan menyatakan
kalau pembeli adalah raja.
Dalam konteks Piala AFF 2010,
atau sepakbola pada
umumnya, para pembeli itu
sekaligus menjadi pemain
ke-12 untuk para punggawa
timnas Indonesia di lapangan.
Sayangnya nasib raja-raja yang
juga terus setia
menggemuruhkan dukungan
untuk 'Merah Putih' tersebut
malah merana. Mereka harus
dihadapkan dengan alokasi dan
proses pembelian tiket yang
tidak jelas, yang kesemuanya
bermuara kepada manajemen
tiket yang kacau dari panitia
lokal.
Klimaksnya adalah ketika
kericuhan terjadi di kompleks
Stadion Gelora Bung Karno,
Minggu (26/12/2010), saat
penjualan tiket Kategori III
untuk partai final leg II.
Setelah disambut loket yang
belum juga dibuka sampai
dengan waktu yang sudah
ditentukan, para calon pembeli
tiket yang muak dan lelah
lantas berulah. Akibatnya,
anggota Brimob dan petugas
tiket pun sampai kena
bogem
mentah .
Memang, aksi anarkis macam
apapun tidak bisa dibenarkan.
Tapi mestinya hal itu tidak
perlu terjadi jika panitia lokal
lebih siap mengantisipasi. Toh
mereka sudah tahu kalau
animo penonton akan luar
biasa --apalagi yang dijual
adalah kategori termurah.
Menko Polkam Djoko Suyanto
juga telah menyoroti kalau
kericuhan lebih disebabkan
oleh kurangnya jumlah loket
yang tidak sebanding dengan
calon pembeli. Akibatnya
terjadi antrean panjang selama
berjam-jam dan terpusat di
satu titik.
Ketidaksiapan panitia lokal
tersebut semakin terlihat
dengan ketiadaannya
tenaga
medis yang disiapkan di lokasi-
lokasi pembelian. Wajarlah
kalau kemudian banyak yang
bertumbangan di tempat
karena kelelahan.
Nah, potensi tumbek-blek
semacam itu kini akan hadir
lagi pada hari Selasa
(28/12/2010) besok. Pasalnya
hanya di satu hari itulah panitia
lokal bakal membuka loket
untuk penukaran vocer dengan
tiket.
Ditilik dari jumlah tiket yang
diklaim dijual ke publik, yakni
76.871, komplek Stadion
Utama Gelora Bung Karno
setidaknya harus siap disarati
15 ribuan orang pada hari
tersebut. Ini dengan asumsi
satu orang datang untuk
menukarkan lima tiket --
jumlah tiket maksimal. Kalau
ada yang datang untuk
menebus kurang dari lima
tiket, jelas bertambahlah
jumlah tadi.
Bisa terbayang bagaimana
ramainya situasi nanti? Inilah
pekerjaan rumah untuk panitia
lokal.
Jelas takkan mudah
mengurusinya, tapi itulah buah
yang harus dipetik panitia lokal
dengan manajemen tiketnya
saat ini. Sebagai catatan salah
satu distributor tiket Piala AFF
2010, MyTicketIndonesia, dari
jauh-jauh hari sudah mundur
karena mengaku
PSSI ingin
mengontrol dan mengelola
penjualan tiket sendiri, yang
mana tidak sesuai dengan
kontrak sebelumnya.
"Kami sudah mengkritisi. Kalau
kita lihat penjualan tiket di
Malaysia tidak ricuh, ternyata
mereka rapi,"
sindir Anggota
Komisi X (bidang olahraga) DPR
Dedi Gumelar, saat
membandingkan mekanisme
penjualan tiket final di
Indonesia dan Malaysia.
Selain penukaran vocer pada
tanggal 28 Desember tersebut,
potensi ramai-ramai lain hadir
pula pada saat pertandingan.
Dalam hal ini panitia lokal
kelihatan benar plin-plan:
setelah sebelumnya menyebut
takkan lagi menjual tiket di hari
H, belakangan dijelaskan jika
tiket masih tersisa maka
panitia
akan tetap menjualnya
di hari tersebut.
"(Jika masih sisa), tidak
mungkin kita tidak menjual
tiket pada hari H," tukas
Bendahara PSSI Achsanul
Qosasi, Rabu (22/12/2010)
lalu.
Timnas Indonesia kini sedang
bergantung dengan harapan
tipis untuk bisa jadi juara Piala
AFF 2010. Para suporter, si
pemain ke-12, akan jadi
motivator utama dalam usaha
'Pasukan Garuda' jadi juara.
Maka semoga saja perlakuan
terhadap mereka bisa lebih
baik nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar